Novelis Asal Tanzania Bernama Abdulrazak Gunrah Dinobatkan Sebagai Pemenang Nobel Sastra 2021

JakartaAkademi Swedia menobatkan penulis kelahiran Tanzania, Abdulrazak Gurnah sebagai pemenang Nobel Sastra 2021 pada Kamis (7/10). Gurnah mengaku kaget dan tidak menyangka bakal dianugerahi penghargaan bergengsi tersebut.

Akademi Swedia memilih Gurnah karena "menyisipkan tanpa kompromi dan welas asih dampak kolonialisme" dalam karya-karyanya.

Peraih Nobel Sastra akan mendapatkan hadiah sebesar 10 juta krona Swedia atau sekitar USD 1,14 juta atau sekitar Rp 16,2 miliar.

Dia mengatakan sangat berterima kasih kepada Akademi Swedia.

"Luar biasa ini penghargaan besar, dan daftar besar para penulis hebat-- saya masih belum percaya," ujarnya, dikutip dari BBC, Jumat (10/8).

"Ini benar-benar kejutan sempurna yang sungguh saya tunggu sampai saya mendengarnya diumumkan sebelum saya bisa mempercainya."

Gurnah (73) merupakan penulis 10 novel, termasuk Heaven dan Desertion.

Paradise, terbit pada 1994, mengisahkan seorang bocah laki-laki yang besar di Tanzania pada awal abad ke-20. Novel ini masuk nominasi Booker Prize, menjadi capaian besar bagi Gurnah sebagai novelis.

"Dedikasi Abdulrazak Gurnah terhadap kebenaran dan keengganannya pada penyederhanaan sangat istimewa," jelas Komite Nobel Sastra dalam sebuah pernyataan.

"Novel-novelnya mundur dari penggambaran stereotip dan membuka pandangan kita ke Afrika Timur yang beragam secara budaya yang tidak dikenal banyak orang di bagian lain dunia."

Lahir di Zanzibar pada 1948, Gurnah tiba di Inggris sebagai pengungsi pada akhir 1960-an. Dia pernah menjadi Profesor Sastra Inggris dan Poskolonial di Universitas Kent, Canterbury, sampai masa pensiunnya baru-baru ini.

Gurnah adalah penulis Afrika kulit hitam pertama yang memenangkan Nobel Sastra sejak Wole Soyinka pada 1986.

Dia mengatakan, penghargaannya ini akan berarti isu-isu seperti krisis pengungsi dan kolonialisme, seperti yang pernah dia alami, akan banyak didiskusikan.

"Ini adalah hal-hal yang bersama kita setiap hari. Orang-orang sekarat, orang-orang disakiti di seluruh dunia-- kita harus bersinggungan dengan isu-isu ini dalam cara yang paling baik," jelasnya.

"Saya datang ke Inggris ketika kata-kata ini, seperti pencari suaka, tidak begitu sama lebih banyak orang sedang berjuang dan melarikan diri dari negara-negara teror."

"Dunia jauh lebih keras daripada 1960-an, jadi sekarang ada tekanan yang lebih besar di negara-negara yang aman, mereka akan menarik lebih banyak orang."

Nobel Sastra, yang telah diberikan sejak 1901, merupakan pencapaian yang diakui dalam bidang sastra, sains, perdamaian, dan kemudian ekonomi.

Pemenang Nobel Sastra di masa lalu termasuk novelis seperti Ernest Hemingway, Gabriel Garcia Marquez dan Toni Morrison, penyair seperti Pablo Neruda, Joseph Brodsky, dan Rabindranath Tagore, dan penulis naskah drama seperti Harold Pinter dan Eugene O'Neill.

Tahun lalu, Nobel Sastra diberikan kepada penyair Amerika, Louise Gluck.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tingkatkan Pengamanan Dari Barang Ilegal, Bea Cukai Memusnahkan Barang BMN Hasil Tindakan

Baru Hari Pertama Operasi Patuh Jaya Dilakukan, Terdapat Sebanyak 2.560 Pelanggar

Polisi Menangkap 14 Orang Tersangka Kasus Pengeroyokan Anggota Polri di Tanjung Priok